Pages

Selasa, 17 April 2012

Kepemimpinan Wanita dalam Organisasi Politik Menurut Tinjauan Hukum Islam

SETELAH kita mengetahui beratnya medan politik dan tingkat kemampuan yang dibutuhkan secara umum, barangkali
timbul beberapa pertanyaan. Apakah wanita memiliki potensi untuk menjadi pemimpin organisasi politik? Ditinjau dari
faktor sifat fisiknya, psikisnya dan peran kewanitaannya.
Dalam situasi umum, apakah potensi wanita dapat menyamai atau melebihi laki-laki dalam memimpin organisasi politik?
Sebagaimana telah diketahui secara umum bahwa wanita berbeda dengan laki-laki dan wanita dibahas dalam buku
maskulin dan feminin karya Save M. Dagun, diantaranya ialah : Unsur genetikanya, laki-laki dengan kromosom XY,
perempuan YY. Alat kelamin. Buah dada. Pangkal tenggorokan. Pertumbuhan bulu di tempat-tempat tertentu.

Menstruasi. Pertumbuhan otot (kekuatan). Adanya tempat kandungan pada organ tubuh.
Persamaan laki-laki dan wanita dalam kontak biologis sama sama mendapatkan orgasme perbedaannya hanya pada
kecepatannya laki-laki cenderung dapat sulit dan memakan waktu lama, setelah melakukan hubungan, laki-laki tidak
hamil sedangkan wanita mengalami kehamilan dan melahirkan anak. Pada masa ini, wanita banyak merasakan
penderitaan. Dari realitas-realitas biologis ini, terpikirkan peran mereka dalam memenuhi kebutuhan kehidupan,
bagaimana posisi mereka yang seharusnya dalam memenuhi kebutuhan hidup akibat kontak biologis, diantara mereka
ada yang mewajibkan hidup akibat orang yang bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarga, kalau wanita juga
dibebani tanggung jawab material, barangkali tidak adil, mereka sama mendapatkan kenikmatan seksual dan anak,
tetapi wanita yang merasakan penderitaan lewat kehamilan dan kelahiran.
Barangkali dari pemikiran ini lahir pemeranan kepribadian, pengetahuan lapangan kerja dan peran wanita berpikirnya
maka lahirlah pola pandangan tentang peran wanita di masyarakat. Tiap-tiap penempatan peran senantiasa bersandar
pada hukum realitas, kenyataan riel tentang keadaan biologis antara laki-laki dan wanita, bedanya hanya pada tingkat
perbedaan melihat realitas biologisnya dan pada sosialisasi peran, ada yang menerima pembaruan dan lainnya tidak
menerima perubahan. Sekarang ini ada kecenderungan pada kaum wanita untuk membongkar peran-peran wanita yang
dipandang sebagai warisan budaya/tradisi sebagai hal yang kolot dan bersifat penindasan, tanpa menilai sejauh dapat
keluar dari sifat dasarnya, seperti keadaan kaum wanita barat.
Diantara mereka ada yang membedakan peran laki-laki dan wanita di masyarakat lewat pendekatan emosi, kekuatan,
kecerdasan yang dipandang memiliki perbedaan secara alamiah dan tingkat kemajuan masyarakat. Masyarakat pada
umumnya dalam meninjau kelayakan wanita menjadi pemimpin politik ada 4 macam, yaitu : Memperhatikan potensi
dasarnya dan realitas rielnya, bilamana mereka memiliki potensi yang berhubungan dengan syarat umum seorang
pemimpin politik, ia dipandang memiliki potensi.
Dihubungkan dengan sifat fisiknya dan perannya sebagai khas seorang wanita seperti menjalani menstruasi, hamil,
melahirkan dan perannya dalam rumah tangga. Sejauh mana memberikan hambatan didalam menangani masalah
organisasi, bilamana dipandang memberikan hambatan secara mendasar, mereka dipandang tidak memiliki potensi,
dengan catatan diatas.
Berdasarkan dengan potensi laki-laki yang tidak mengalami menstruasi, hamil dan melahirkan, dilihat dari aspek ini lakilaki
memiliki kelebihan dalam mendapatkan pengetahuan dan penanganan kerja, dan kelemahan dilihat dari
kemampuan membangun regenerasi (anak turun) laki-laki dan wanita bilamana memiliki kemampuan sama dalam hal
mendapatkan kesempatan menjadi pemimpin maka laki-laki lebih berkualitas dibandingkan perempuan. Maka tidak layak
memilih wanita sebagai pemimpin politik pada masyarakat, dimana laki-lakinya banyak berperan aktif dalam dunia politik.
Bersandar dengan sistem kekuasaan, budaya dan modernitas di masyarakat. Bilamana kekuasaan masyarakat bersifat
otoriter yang sewenang-wenang, budaya tidak mendukung dan tingkat perkembangan perekonomiannya, pengetahuan
dan teknologi belum maju, kehadiran wanita menjadi pemimpin organisasi politik dipandang sangat menyulitkan
pekerjaannya di lapangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar